watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

DIPERKOSA DIATAS KA

Sebut saja namanya Intan, seorang gadis berusia
24 tahun, tingginya 165cm dengan berat badan
yang cukup ideal, 53kg, dengan ukuran payudara
34C. Dia bekerja di salah satu stasiun televisi
swasta sebagai reporter. Intan beparas cantik dan
berkulit putih mulus sehingga dia dapat diterima
bekerja sebagai reporter di XX tv sejak dua tahun
yang lalu. Sebagai seorang reporter yang
pastinya sering muncul menyapa pemirsa di
layar kaca, tentunya membuat Intan meraih
popularitas sehingga banyak orang
mengenalinya. Banyak hal yang dirasa
menyenangkan bagi Intan karena popularitas
yang didapatnya, diantaranya pada waktu keluar
berjalan-jalan, banyak orang yang mengenalinya
dan tersenyum kepadanya serta menyapanya,
bahkan hingga meminta tandatangannya.
Namun, jika ada hal-hal yang positif tentu saja
ada pula yang negatif, diantaranya banyak lelaki
yang suka bersiul <suit-suit> ketika ia lewat,
seringkali hampir dicolek oleh tangan jahil lelaki
iseng dan mupeng <untungnya hanya hampir>,
hingga yang baru saja terjadi, ada yang nekad
mencari kesempatan untuk mengintip Intan kala
sedang berganti pakaian di dalam kamar pas di
sebuah department store di dalam sebuahpusat
perbelanjaan, sialnya pelakunya tidak berhasil
tertangkap tangan.
Sebagai seorang reporter, tentunya Intan sering
meliput berita di sana-sini, lumayanlah itung-itung
sekalian jalan-jalan sembari shopping, begitu
pikirnya. Terhitung hampir semua daerah, dari
Sabang sampai Merauke sudah pernah
disinggahinya kala melakukan rutinitasnya sebagai
seorang reporter televisi. Walaupun begitu, ia
jarang mendapatkan kesempatan untuk
melakukan liputan ke luar negeri sehingga suatu
saat, ketika atasannya memberikan kesempatan
kepadanya untuk meliput berita di Jepang, Intan
girang sekali dan langsung memutuskan untuk
mengambil kesempatan tersebut. Walaupun tahu
bahwa harga-harga di Jepang sangat mahal, ia
juga telah menyiapkan anggaran untuk belanja. Di
Jepang nanti, Intan ditugaskan untuk meliput
sebuah festival adat di Jepang beserta segala
keunikannya.
Hari yang dinanti-nantikan tibalah juga. Ima
berangkat ditemani oleh Nina, seorang camera
person dari XX tv ke Jepang. Nina berusia dua
tahun lebih muda dari Intan, tinggi badannya
sepantaran dengan Intan namun sedikit lebih
kurus dengan payudara yang lebih kecil 34A,
gayanya modis, dan rambutnya seringkali
bergonta-ganti warna, kali ini ia mengecat
rambutnya dengan warna cokelat kemerahan,
menambah cantik penampilannya yang juga
berkulit putih. Mereka menggunakan jasa salah
satu maskapai penerbangan dalam negeri karena
memang maskapai dalam negeri tidak dicekal di
Jepang seperti halnya yang dilakukan oleh negara-
negara Uni-Eropa.
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa
jam, tibalah Intan dan rekannya di bandara
internasional Narita.
“Lo kenapa Nin?”, tanya Intan pada kawannya.
“Kok kelihatannya lesu gitu?”
“Ya ialah, lama banget tuh perjalanan tadi, lo sih
enak, molor terus!”
Ucapan temannya tersebut hanya ditanggapi
dengan tawa oleh Intan, karena memang selama
perjalanan menuju Jepang, ia lebih banyak tidur,
bukan karena fasilitas pesawat yang nyaman,
namun lebih dikarenakan balas dendam, balas
dendam? Lho? Memang, seminggu terakhir
sebelum berangkat ke Jepang, ia terus melakukan
liputan berpindah-pindah kota untuk sebuah
program wisata belanja, hal itu dilakukannya
untuk mengejar deadline dari pimpinan redaksi.
Selama di Jepang, rencananya Intan dan Nina
akan tinggal di rumah Wiwin, kawan akrab Intan
kala masih duduk di bangku SMU, Wiwin
sekarang bekerja sebagai seorang designer dan
tinggal dekat kawasan Shibuya. Hal ini juga
merupakan suatu kebetulan bagi Intan karena
Shibuya memang terkenal dengan wisata belanja,
kegemaran utama Intan.
Setibanya di kediaman Wiwin, Intan dan Nina
langsung memutuskan untuk beristirahat terlebih
dahulu seusai perjalanan panjang dari Indonesia,
malam harinya Intan mengajak wiwin untuk
mengantarnya berbelanja keesokan harinya.
“Win, besok selesai liputan, lo anterin gue
shopping yuk, gue kan disini cuman dua hari”.
“Aduuuh, sorry tan, gue besok ada meeting
sama klien, enggak bisa ditinggalin. Plus sorenya
gue ketemuan sama cowok gue. Emm, lo
ditemenin sama si Nina aja ya? Ntar gue kasih
tahu tempat-tempat yang barangnya bagus dan
murah.”
“Yah, si Nina kan sama aja kaya gue, awam sama
daerah sini, lo gimana sih?”
“Iya, iya, soriii banget tapi gue betul-betul nggak
bisa, lagian transportnya gampang kok, naik KRL
sekali juga nyampe.”
“Mmm….. ya sudah deh engga apa-apa kalau
begitu.” Jawab Intan dengan muka masam. “Eh,
omong-omong cowok lo cakep ga?”
“Yaa, itu khan relatif, tapi umurnya udah jauh
lebih tua, ada terpaut limabelas tahunan sama
gue, lumayan tajir lagi.”
“Gila lo, sekarang kok seleranya berubah, seneng
sama om-om, hahahaha.” Merekapun bercanda
hingga merasa mengantuk dan beristirahat
kemudian.
Keesokan harinya, Intan dan Nina menyelesaikan
liputan berita untuk XX tv dengan lancar,
merekapun kembali terlebih dahulu ke tempat
Wiwin untuk meletakkan kamera dan berganti
pakaian. Intan dan Nina sepakat kompakan
memakai rok span berwarna senada, hitam,
sehingga tampak kontras dengan paha keduanya
yang putih mulus. Nina memadukan roknya
dengan blouse putih, sedangkan Intan memilih
mengenakan kemeja berwarna krem, mereka
berdua mengenakan mantel bulu karena udara
yang lebih dingin dibanding di tanah air.
Berdua, mereka berangkat naik taksi ke stasiun
dan kemudian membeli tiket kereta rel listrik, tak
lama menunggu, keretapun datang dan mereka
segera naik.
Sementara itu, di tempat kerjanya, Wiwin tampak
teringat sesuatu dan mengangkat ponselnya,
hendak menelepon Intan, namun, “astaga, dia
belum ganti nomor lokal, enggak bisa dihubungi
deh.” Kata Wiwin dalam hati dengan wajah yang
tampak kebingungan karena hendak
memberitahukan sesuatu pada Intan namun tidak
bisa dilakukan.
Di dalam kereta, Intan dan Nina ternyata tidak
dapat menemukan tempat duduk yang kosong,
sehingga keduanyapun memutuskan untuk
berdiri sambil berpegang pada pegangan yang
sengaja dibuat untuk penumpang yang tidak
kebagian tempat duduk. Lima menit berlalu,
sambil berdiri, Nina dan Intan baru menyadari
bahwa hampir seluruh penumpang di gerbong
tersebut adalah laki-laki, hanya ada dua wanita tua
yang sedang terlelap duduk di ujung gerbong.
Perhentian berikutnya, beberapa penumpang
turun, Intan dan Nina mencoba mengambil
kesempatan untuk duduk, namun keduluan oleh
beberapa penumpang lain yang sedari tadi juga
berdiri. Segerombolan penumpang baru juga
masuk, dan seluruhnya pria. Space untuk berdiri
pun kian sempit, sehingga Intan dan Nina hampir
dikelilingi oleh gerombolan pria yang bau naik
tadi.
“Yah, sial, berdiri lagi deh.” Ujar Intan yang
diamini oleh Nina.
“Liat deh, penumpangnya laki semua tapi nggak
ada yang gentleman, ngasih tempat duduk kek
buat makhluk-makhluk cantik, ha2.” Canda Nina
yang disambut tawa renyah Intan
Sesaat setelah itu, terdengar suara seseorang
dibelakang mereka, dari nada bicaranya
nampaknya bertanya sesuatu kepada mereka.
Merekapun menoleh mencari si sumber suara.
Tampak dihadapan mereka seorang bapak
berwajah ramah, jika ditaksir, kira-kira umurnya
empatpuluhan. Ternyata orang tersebut yang
memanggil tadi.
“Ima nanji desu ka?”
Intan dan Nina sama-sama bengong karena sama
sekali tidak mengerti apa yang baru saja
diucapkan pria tersebut.
Seolah mengerti bahwa yang diajak bicara tidak
mengerti bahasanya, bapak tersebut mengulangi
pertanyaannya.
“Ano, What is da time?” Ujarnya dengan bahasa
Inggris sekenanya sambil menunjuk pergelangan
tangannya sendiri.
Intan dan Nina baru mengerti apa yang
ditanyakan tadi ketika si bapak berwajah ramah
mengulangi pertanyaannya dalam bahasa
Inggris, walaupun tata bahasanya salah (yang
benar what time is it?).
Untungnya Intan sudah mencocokkan jam
tangannya dengan waktu setempat. Ia pun
memperlihatkan jam tangannya kehadapan bapak
itu agar dapat melihat sendiri pukul berapa
sekarang. Bapak itupun manggut-manggut
setelah melihat jam. “Domo arigato gozaimasu”
Ucapnya sambil tersenyum. Kalau yang ini Intan
mengerti bahwa artinya terima kasih, ia pun
membalas senyuman bapak itu, sementara Nina
hanya memperhatikan dari tadi.
Sebelum sempat membalikkan badan, Intan
merasakan ada tangan yang menyenggol paha
bagian belakangnya. Ia pun berbisik kepada Nina,
“Nin, tadi kayak ada yang nyolek gue deh.”
“Masa? Kok sama, tadi juga kayak ada yang
nyenggol pantat gue.” bisik Nina.
“Ya udahlah, mungkin kebetulan saja, kereta ini
kan bergerak terus jadi mungkin ada yang
badannya jadi gak seimbang dan gak sengaja
nyenggol.” tukas Intan. Nina pun mengiyakan
ucapan temannya itu dan bersikap santai saja
sambil menunggu kereta sampai di tujuan.
Belum ada lima detik dari senggolan pertama tadi,
kembali Intan merasakan rabaan pada pantatnya,
kali ini bukan lagi menyenggol, namun terasa
sedikit meremas. Terkejut, Intan pun berusaha
menepis tangan itu.
Merasakan gelagat yang tidak baik, Intan
mengajak Nina menjauh dari tempat berdiri
mereka sekarang. Namun belum sempat mereka
bergerak, ada tangan-tangan yang
mencengkeram lengan mereka berdua sehingga
mereka tidak dapat bergerak kemana-mana.
Disaat bersamaan, kedua wanita cantik itu
merasakan tangan yang menjamah tubuh
mereka kian banyak. Ada yang meremas-remas
pantat mereka dan ada yang naik meraba
payudara mereka. Merekapun berusaha meronta
melepaskan diri dari situasi tersebut, tangan
keduanya bergerak menepis tangan-tangan jahil
itu. Namun apa daya dua pasang tangan
melawan tangan-tangan sebanyak itu.
“Ehh, apa-apaan ini!” teriak Intan. Namun ia
menyadari tidak ada yang paham ucapannya. Ia
pun berusah menggunakan bahasa Jepang
sebisanya. “Ieee, bageroooo! Emph….” Sebelum
sempat meneruskan teriakannya, ada tangan
kokoh membekap mulutnya dari belakang
sehingga ia tak lagi mampu berkata-kata. Semakin
lama, jamahan dari tangan-tangan itu kian
mengarah ke paha bagian dalam Intan. Ia pun
berusaha mengatupkan kedua kakinya sehingga
tangan-tangan itu tidak dapat menjangkau bagian
vitalnya. Namun usaha itu sia-sia karena tangan-
tangan lain sudah mencengkeram dan
merenggangkan kakinya sehingga posisinya
terbuka dan tangan-tangan jahanam itu dapat
leluasa bergerak menuju vagina Intan yang masih
tertutup g-string seksi warna hitam.
“Mmh…. hhhh” Intan hanya bisa sedikit
mendesah, dalam keadaan mulutnya disumpal
telapak tangan seseorang dibelakangnya. Intan
mencoba melihat dimana posisi Nina, tapi ia tidak
dapat melihat temannya itu, di sekitarnya hanya
ada segerombolan laki-laki.
Perlahan, tangan-tangan tersebut mulai
membuka kancing kemeja krem Intan. Intan pun
berusaha meronta sebisanya, namun hal tersebut
hanya membuat pertahanannya lebih longgar
karena berikutnya, mantel bulu yang
dikenakannya berhasil direnggut oleh seorang
laki-laki anggota gerombolan itu. Kini, Intan masih
berpakaian lengkap minus mantel bulunya,
namun kancing kemejanya sudah terbuka
seluruhnya, memperlihatkan payudara Intan
yang sekal dan hanya ditutupi oleh bra berwarna
putih. Tangan-tangan yang menjamahnya seolah
semakin menggila dengan keadaan tersebut.
“Mmm…!”, terdengar suara teriakan tertahan
Intan. Rupanya ada yang meremas-remas
payudara Intan dengan keras sehingga ia
berteriak tertahan. Berikutnya, dengan sekali
hentakan, robeklah bra putih yang dikenakan
Intan memperlihatkan dua gundukan indah
dengan puting berwarna kecokelatan. Kini, tubuh
bagian atas intan sudah terbuka dan hanya
menyisakan kemejanya yang seluruh kancingnya
sudah terbuka. Melihat pemandangan tersebut,
seorang diantara gerombolan tersebut bergerak
maju dan mulai memainkan puting payudara
sebelah kanan Intan, sementara mulutnya mulai
‘menyusu’ ke payudara sebelah kiri Intan. Yang
lebih membuat Intan terkejut adalah, orang
tersebut ternyata si bapak berwajah ramah yang
bertanya jam tadi. Dalam hatinya Intan berkata
“dasar tua cabul, tahu begini udah gue tonjok dari
tadi”. Sementara itu, tangan-tangan yang
‘beroperasi’ di bagian bawah tubuh intan semakin
berani, ada yang menarik roknya keatas sebatas
pinggang, sehingga kini rabaan dan sentuhan
mereka dapat langsung bersinggungan dengan
kulit telanjang Intan, sebuah tangan meraba naik
paha bagian dalamnya dan bersentulah dengan
liang vagina Intan yang masih terbungkus g-
string hitam. Tangan itu menggesek-gesek
kemaluan Intan dengan gerakan maju-mundur.
Mendapat rangsangan yang demikian hebat, Intan
pun mulai terangsang diluar kemauannya sendiri.
Seolah mengetahui hal tersebut, tangan yang
membekap mulutnya mulai mengendurkan
pegangan dan perlahan melepaskan bekapannya.
Intan tak lagi berteriak-teriak, mungkin karena
sudah terlampau lelah meronta, disamping itu,
tidak bisa dipungkiri bahwa ia menjadi sangat
terangsang dengan keadaan ini.
Tanpa disadari oleh intan, ternyata G-String-nya
sudah tidak berada ditempatnya semula, entah
kemana, memperlihatkan vaginanya yang dihiasi
bulu-bulu kemaluan yang dicukur rapi, sehingga
tangan yang tadinya hanya menggesek-gesek
kemaluannya, perlahan mulai memainkan jari-
jarinya diatas klitoris Intan. Intan terangsang
hebat diperlakukan seperti ini, namun ia tidak
ingin semua laki-laki dihadapannya tahu bahwa ia
terangsang, karena hal tersebut pasti akan
membuat mereka merasa senang dan puas.
Iapun mencoba menutupinya dengan
mengatupkan bibir mungilnya rapat-rapat dan
mencoba untuk tidak bersuara, apalagi
mendesah. Namun cobaan terasa semakin sulit
bagi Intan, selanjutnya, jari tengah si bapak
berwajah ramah digerakkan keluar-masuk di
dalam liang vagina Intan, didalam vaginanya, jari
itu sedikit ditekukkan sehingga mengenai g-spot
milik Intan. Intan semakin tidak kuasa menahan
gejolak birahi yang dahsyat, mulutnya tetap
ditutup rapat-rapat, namun sesekali terdengar
desahan tertahan. “Emmh… hhh”.
Gerakan jari itu kian lama kian cepat sehingga
pertahanan Intan yang mati-matian berusaha
tidak menunjukkan ekspresi kenikmatan akhirnya
bobol juga.
“Mmhh… aa… aaaaaahh!!” Teriakan itu disertai
getaran hebat, ia menggelinjang menerima
orgasme pertamanya. Cengkeraman tangan dari
para lelaki yang sedari tadi memegangnya kuat-
kuat, akhirnya dilepaskan. Intan terduduk lemas,
tubuhnya terasa panas terbakar gejolak birahi.
Perasaannya bercampur aduk, antara malu,
terhina, marah dan nikmat. Hanya sekitar lima-
enam detik kemudian, tubuh Intan kembali
diangkat oleh para lelaki Jepang tersebut, namun
kali ini beberapa orang diantara mereka sudah
melorotkan celana masing-masing,
memperlihatkan penis masing-masing yang
sudah tegak mengacung. Mengetahui apa yang
akan dilakukan gerombolan lelaki itu, Intan coba
berontak dengan menggunakan tenaganya yang
tersisa, namun seorang diantara gerombolan itu,
tubuhnya kurus dan agak tonggos, meremas
kedua payudaranya kuat-kuat sehingga intan
merintih kesakitan dan mencoba menepis tangan
itu dari atas payudaranya. Disaat bersamaan,
pinggang Intan ditarik kebelakang oleh si bapak
berwajah ramah yang langsung menancapkan
penis 15cm-nya kedalam vagina Intan dengan
sekali hentakan keras. Bless, masuklah penis itu
disertai teriakan panjang Intan yang baru pertama
kali dimasuki oleh penis laki-laki. Bapak itu
memompa tubuh Intan dengan cepat. “Plok…
plok”, begitu bunyi yang terdengar ketika paha
bapak itu beradu dengan paha bagian belakang
Intan. Para lelaki yang lain tidak hanya diam saja,
sebagian menjamah bagian-bagian sensitif Intan
dengan leluasa, sebagian lagi terlihat mengocok
penisnya sendiri, dan ada pula yang meraih
tangan Intan, dan memaksa Intan untuk
mengocok penisnya. Ada seorang lagi yang
berperawakan pendek memasukkan penisnya
kedalam mulut Intan dan menggerakkannya
maju-mundur. Sehingga sekarang, Intan dalam
posisi setengah membungkuk dan disetubuhi dari
arah depan dan belakang tubuhnya.
Lima belas menit berlalu, lelaki yang penisnya
dikocok oleh tangan mungil Intan, tampak tidak
kuat lagi menahan gelombang orgasme dan
berejakulasi sesaat kemudian, crott!! spermanya
muncrat dengan deras dan sebagian mengenai
wajah Intan.
“Ah…. ahhh”, Intan mendesah seriap kali penis si
bapak masuk dengan dalam di vaginanya. Lima
menit kemudian, tubuh Intan bergetar hebat, ia
mendapatkan orgasme keduanya. “Aaaa..
aaahh!!” Desahnya.
Tidak berapa lama, penis didalam mulut Intan
menyemburkan spermanya. Membuat Intan
gelagapan dan tersedak sehingga sebagian
sperma itu tertelan olehnya, sementara sebagian
lagi meleleh keluar dari bibit indahnya. Si bapak
yang memompa vagina Intan rupanya kuat juga,
masih belum menampakkan tanda-tanda akan
keluar. Bapak itu rupanya pandai memainkan
tempo, terkadang kocokan penisnya dipelankan
dan terkadang cepat. Tampaknya ia benar-benar
ingin menikmati jepitan vagina Intan sepuasnya.
Sepuluh menit kemudian, cengkeraman tangan
bapak itu di pinggang Intan tiba-tiba mengeras,
bapak itupun mulai setengah mendesah. “Hhhh….
ah..” Intan tahu bahwa orang dibelakangnya ini
akan segera berejakulasi, iapun mencoba menarik
badannya ke arah depan sehingga rahimnya
dapat diloloskan dari semburan sperma bapak
brengsek itu, namun sia-sia, baru setengah penis
yang bisa dikeluarkan dan “Aaaaaahh” Crott, crott,
crott! Sperma bapak itu keburu keluar membanjiri
bagian dalam vagina Intan. “Aah, sial, damn..”
gerutu Intan dalam hati karena bapak itu keluar
didalam vaginanya.
Tubuh Intanpun digeletakkan di atas lantai kereta
dan dikelilingi tiga orang lelaki lagi yang dengan
irama cepat mengocok sendiri penis masing-
masing di depan wajah Intan, dan beberapa saat
kemudian berejakulasi dan menyemburkan
sperma masing-masing di wajah Intan. Para lelaki
itupun meninggalkan Intan terkulai diatas lantai
kereta dalam keadaan telanjang bulat dengan
hanya mengenakan kemeja warna krem yang
sudah kusut dan basah oleh peluh dan sperma.
Payudaranya dipenuhi bekas-bekas remasan dan
cupangan yang berwarna kemerahan. Dalam
keadaan lemas, ia mencoba mencari Nina yang
sejak tadi tidak terlihat. Rupanya, Nina mengalami
hal yang sama dan ditinggalkan tergeletak lemas
bermandikan keringat dan sperma. Tidak ingin
berlama-lama dalam keadaan demikian, Intan
segera berdiri, mengelap keringat dan sperma
disekujur tubuhnya dengan bra putihnya yang
sudah robek, kemudian mengancingkan kembali
kemejanya dan menurunkan roknya kembali,
Intan kemudian mengajak Nina yang juga sudah
merapikan diri, untuk keluar dari kereta dan
mengajaknya untuk kembali saja ke tempat
Wiwin. Kejadian barusan membuat hasrat
belanjanya hilang.
Setibanya mereka di rumah Wiwin, merekapun
mandi membersihkan tubuh masing-masing dari
sisa-sisa persetubuhan yang baru saja dialami.
Kemudian mengistirahatkan tubuh masing-
masing. Sorenya, bel depan berbunyi, rupanya
Wiwin sudah pulang. Nina yang membukakan
pintu. setelah masuk kedalam rumah, Wiwin
menanyakan keadaan kedua temannya itu. Intan
dan Nina pun menceritakan hal yang tadi mereka
alami di kereta sehingga mereka berdua
membatalkan niat belanjanya.
“Waduh, gue minta maaf bener. gue lupa kasih
tahu kalian, sebenarnya ada kereta khusus untuk
penumpang wanita di sini, karena emang banyak
kejadian begini sebelumnya.”
“Yah, lo kok enggak kasih tahu kita dari kemarin
sih Win? Kalau tahu, kan kita enggak bakal
diperkosa begini.”
“Iya, iya, gue bener-bener mohon maaf.” Ucap
wiwin. “Eh iya, kalian mau enggak, gue kenalin
sama cowok gue? Kebetulan tuh, sebentar lagi
kesini.”
Intan dan Nina mengiyakan tawaran itu karena
memang penasaran seperti apa muka pacar si
Wiwin.
Beberapa saat kemudian, kembali terdengar bunyi
bel. Wiwin beranjak keluar. Saat kembali kedalam
rumah, ia berjalan bersama sesosok pria. Intan
terkesiap. Astaga, ternyata si bapak berwajah
ramah…..!


Adult | GO HOME | Exit
1/2400
U-ON

inc Powered by Xtgem.com